Ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin 'Abis dan  'Abdan bin Asyma' al-Hadlrami yang bertengkar dala soal tanah. Imriil Qais  berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah di depan  Hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang  dengan jalan bathil. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber  dari Sa'id bin Jubair.)AYAT 189 :
"Yas alunaka 'anil ahillah sampai linnasi walhajji"  diturunkan sebagai jawaban terhadap banyaknya pertanyaan kepada Rasulullah SAW  tentang peredaran bulan. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari al-Ufi  yang bersumber dari Ibnu Abbas.)Menurut riwayat lain orang-orang  bertanya kepada Rasulullah SAW: "Untuk apa diciptakan bulan sabit?" Maka turun  ayat tersebut di atas sebagai penjelasan. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi  Hatim yang bersumber dari Abil 'Aliah.)Menurut riwayat lain "Yas  alunaka 'anil ahillah sampai linnasi walhajji" ini berkenaan dengan pertanyaan  Mu'adz bin Jabal dan Tsa'labah bin Ghunamah kepada Rasulullah SAW. "Ya  Rasulullah! Mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian  bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap  bentuknya?" Sebagai jawabannya turunlah ayat ini. 
(Diriwayatkan oleh Abu  Na'im dan Ibnu 'Asakir di dalam tarikh Dimasyqa, dari as-Suddi as-Shaghir, dari  al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 
"Walaisal  birru bi anta'tul buyuta min dhuhuriha" sampai akhir ayat, diturunkan berkenaan  dengan kebiasaan orang jahiliyyah sepulangnya menunaikan ihram di Baitullah  memasuki rumahnya dari pintu belakang. 
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang  bersumber dari al-Barra.)Menurut riwayat lain, orang-orang Quraisy  yang diberi jukukan al-Hams (Ksatria) menganggap baik apabila melakukan ihram  masuk dan keluar melalu pintunya, akan tetapi kaum Anshar dan orang-orang Arab  lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Pada suatu hari orang-orang  melihat Quthbah bin Amir (dari kaum Anshar) keluar melalui pintu mengikuti  Rasulullah SAW. Serempaklah mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga  Rasulullah SAW segera menegurnya. Quthbah menjawab: "Saya hanya mengikuti apa  yang tuan lakukan." Rasulullah SAW bersabda: "Aku ini seorang Ksatria." Quthbah  menjawab: "Saya pun penganut agama tuan." Maka turunlah "Walaisal birru bi  anta'tul buyuta sampai akhir ayat." 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan  al-Hakim yang bersumber dari Jabir. Menurut al-Hakim, hadits ini shahih. Ibnu  Jarir meriwayatkan dari al-Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas.)  
Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan kaum Anshar yang  apabila pulang dari perjalanan, tidak masuk rumah melalui pintunya.  
(Diriwayatkan oleh at-Thayalisi yang bersumber dari al-Barra.) Menurut riwayat lain peristiwanya sebagai berikut. Orang-orang pada  waktu itu apabila hendak berihram di baitullah tidak masuk melalui pintunya,  kecuali golongan ksatria (al-Hams). Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk dan  keluar halaman Baitullah melalui pintunya diikuti oleh rifa'ah bin Tabut,  padahal dia bukan ksatria. Maka mengadulah orang-orang yang melihatnya: "Wahai  Rasulullah, Rifa'ah melanggar." Rasulullah SAW bersabda kepada Rifa'ah: "Mengapa  kamu berbuat demikian?" Ia berkata: "Saya mengikuti tuan." Nabi bersabda: "Aku  ini Ksatria." Ia menjawab: "Agama kita satu," Maka turunlah "Walaisal birru bi  anta'tul buyuta sampai akhir ayat." 
(Diriwayatkan oleh 'abdu bin Hamid  yang bersumber dari Qais bin Habtar an-Nahsyali.)




0 komentar:
Posting Komentar