TELAH DIBUKA UJIAN KEJAR PAKET A, B DAN C SELURUH INDONESIA, RESMI. INFORMASINYA DI SINI
Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Video Pembelajaran

Home » » MEMAHAMI EKSISTENSI ORGANISASI SEKOLAH

MEMAHAMI EKSISTENSI ORGANISASI SEKOLAH

MEMAHAMI EKSISTENSI ORGANISASI SEKOLAH
Eksistensi Organisasi
Di dalam wacana ini perlu dibahas tentang eksistensi sekumpulan  orang-orang yang berhimpun dalam satu wadah sehingga disebut organisasi. Selain itu bagaimana sejumlah orang bisa bekerjasama dalam kelompok-kelompok Untuk mencapai tujuan-tujuan dan objek-obek yang jelas dalam suatu organisasi.
Begitulah berbagai keperluan manusia secara individual dan komunkal tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya organisasi. Untuk keperluan ekonomi, ada organisasi perbankan, guna memenuhi keperluan pelayanan kesehatan ada rumah sakit. Dalam rangka memenuhi keperluan pendidikan, maka diperoleh dari organisasi yang namanya sekolah. Bahkan guna mengatur tata kehidupan masyarakat, ada organisasi pemmerintahan dengan segala unit-unit pemerintah dan partai politik.
Organisasi yang ada di masyarakat adalah sistem yang dibuat oleh manusia. Itu artinya, karena kreativitas manusia sebagai makhluk yang berakal, memiliki ilmu dan berbudaya, maka dalam mengatasi masalah kehidupannya secara rasiona dan empiris manusia merancang, menyusun, dan menata berbagai organisasi.
Menurut Winardi (1990:373) seorang manajer meru¬pakan orang di dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan satu orang atau lebih. Manusia merupakan sebuah sumber daya dasar dari organisasi. Gamage dan Pang (2003:60) menjelaskan bahwa organisasi adanya dua orang atau lebih bekerjasama membentuk organisasi bagi suatu tujuan mencapai tujuan umum atau sasaran-sarsaran.
Secara definitif dikatakan Winardi (1990:374) organisasi merupakan sebuah kumpulan orang-orang yang bekerjasama dalam wujud pembagian kerja, guna mencapai suatu tujuan bersama tertentu".
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya".
Berdasarkan definisi tersebut, paling tidak ada empat elemen dasar organisasi sebagaimana dikemukakan Winardi (1990:374), yaitu:
1. Kumpulan Orang-orang Adapun alasan untuk keberadaan organisasi-organisasi adalah karena ingin diupayakan agar sebuah usaha sekian banyak orang dikombinasikan sehingga dapat mencapai hasil lebih dari hasil yang dicapai bila mereka hanya bekerja sendiri, atau hasil semakin optimal bila mereka bekerjasama. Hal tersebut dinamakan orang dengan istilah adanya sinergi, yaitu adanya usa penciptaan sesuatu keseluruhan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dari bagian-bagiannya secara individual. Maka sinergi ini timbul pada organisasi - organisasi, apabila orang-orang yang ada di sana bekerjasama dengan cara sedemikian rupa, hingga efektivitas hasil pekerjaan mereka masing-masing dipertinggi".
2. Pembagian Kerja
Perkerjaan di dalam suatu organisasi tertentu perlu dibagi lagi, atau dialokasi dalam bentuk tugas-tugas pekerjaan yang terspesialisasi kepada para individu dan kelompok-kelompok kerja. Melalui pembagian kerja atau spesialisasi orang-orang yang ada dalam organisasi dapat mengembangkan ketrampilan dan keahlian mereka hingga hal tersebut membantu menaikkan efektivitas hasil pekerjaan mereka.
3. Bekerjasama
Adapun aktivitas-aktivitas dari banyak orang yang terpisah dan yang terspesialisasi harus dikoordinasikan jika mereka ingin mencapai sinergi. Kecuali apabila orang-orang bekerjasama maka hasil pekerjaan mereka tidak akan menguntungkan sasaran-sasaran hasil pekerjaan umum organisasi yang bersangkutan.
4. Tujuan bersama
Hal ini merupakan tujuan super-ordinat organisasi tertentu. Tujuan  ini merupakan titik kesatuan dan persatuan, atau kesatuan kehendak sehingga memerlukan upaya pelaksanaan dan koordinasi pekerjaan dari semua bidang atau unit pekerjaan. Perspektif lain, bahwa organisasi memiliki jenis atau bentuk karakter yang luas, yaitu: sebagian dari organisasi itu bersifat luas dan sebagiannya lagi bersifat sempit. Mereka memiliki struktur yang sederhana ataupun kompleks dan mereka juga tetap berjalan dengan alasan-alasan yang berbeda.
Walaupun dengan semua alasan-alasan yang berbeda tersebut ada beberapa unsur umum yang utama, yaitu pemisahan di dalam organisasi. Gross (1964) sebagaimana dikemukakan Beach dan Reinhartz (2000) mengatakan bahwa organisasi dipandang sebagai bentuk suatu kelompok ataupun sistem kerjasama apabila memiliki lima ciri-ciri di bawah ini, yaitu:
1.Bentuk Semua anggota mengakui kebutuhan ataupun alasan yang paling utama bagi organisasi untuk selalu berjalan
2.Adanya rasa saling memiliki Semua anggota, tanpa melihat kedudukannya, memiliki tanggung jawab antara satu dengan yang lainnya dan mereka diibaratkan seperti suatu bagian dari suatu kelompok yang menyatu.
3.Adanya interaksi antara satu dengan yang lainnya Setiap anggota organisasi memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya secara sering dan terus menerus dilakukan, karena hal ini bisa membantu bagi mereka untuk meluangkan ide-ide dan saluran-saluran dari adanaya komunikasi tersebut.
4.Perbedaan fungsi Setiap anggota dari organisasi harus menunjukkan peran-peran dan tugas-tugas yang berbeda dan/atau yang dikhususkan.
5.Memiliki kesatuan yang sama di dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Setiap anggota organisasi bekerjasama dngan usaha-usaha yang ada untuk mencapai tujuan tujuan orgainisasi tersebut.

Sekolah Sebagai Organisasi Sistem Kerja
Perkembangan organisasi telah melewati periode panjang di atas  pentas sejarah kebudayaan manusia. Owens (1995:3) menjelaskan paling tidak ada dua periode utama pandangan terhadap organisasi, yaitu:
1. Periode Modern
Periode modern selama beberapa dekade, para pakar didominasi kajian terhadap perilaku organisasi dibutuhkan menggunakan satu cara pandang tentang organisasi dan perilaku orang di dalamnya. Tuntutan menggunakan teori dan teknik ilmiah untuk menguji teori, yaitu teknik yang dipikirkan objektif, menggunakan statistik dengan sasaran tertinggi penelitian. Seriaknya pada tahun 1970-an merupakan puncak penggunaan pendekatan logika positivisme di kalangan pratisi sekolah, tak terkecuali dalam bidang kepemimpinan pendidikan.
Pada tahun lebih awal, yaitu tahun 1963, Rogers mendis-kusikan tiga cara mengetahui tentang perilaku manusia dalam konteks terjadinya perilaku, yaitu: (1) pengetahuan subyektif, yang berkenaan dengan hal fundamental kehidupan keseharian, (2) pengetahuan obyektif, yaitu yang menurut Rogers tidak sejatinya sebagai yang obyektif tetapi secara aktual lebih diterima secara konsensus di antara para peneliti yang menguji pemikiran kepada yang meyakinkan untuk membuat penilaian tentang "kebenaran" dari apa yang terobservasi dan peristiwa, dan (3) pengetahuan interpersonal dan fenomenologikal dalam hal yang dapat diketahui tentang kerangka pemikiran internal dari seseorang dengan memeriksa hipotesis, atau validitas kesimpulan sementara yang diajukan seseorang.
2. Periode Pasca Modern
Greenfield pada tahun 1974 di Inggris menyatakan bahwa pendekatan modern terhadap pemikiran organisasi mengalami kejatuhannya, karena ketidakmampuan pendekatan ilmu fisika dalam memahami perilaku manusia dan problem organisasi di sekolah. Diperlukan pengembangan teoretik dalam administrasi pendidikan kontemporer, yaitu: (1) organisasi sejatinya eksis hanya dalam pemikiran dan jiwa manusia. Seseorang tidak dapat menyentuh suatu organisasi, jika tidak memahaminya sebagai eksistensi yang saling bergantung. Suatu organisasi dalam suatu bangunan sosial yang nyata tidak hanya realitas pisik. Disarankannya, untuk mengkaji fakta tentang perilaku dalam kehidupan organisasi berkenaan juga dengan pembagian nilai, keyakinan dari sejumlah orang dalam organisasi. Hal ini merupakan nilai kritis dalam memunculkan perilaku seseorang, (2) semua itu menggambarkan pengetahuan manusia tentang kenyataan, alamiah dan sosial berisikan suatu proses reduksi komponen subyektif. Boleh dikatakan manusia tidak pernah sesungguhnya melihat dunia sebagaimana adanya tetapi hanya sebagai perantara oleh interpretasi pemikiran manusia atas rangsangan yang masuk, karena itu ilmu sosial berbeda dengan ilmu alam secara fundamental, di sinilah peran penelitian dengan prosedur dan bukti yang seharusnya sesuai berbeda daii dua kenyataan pisik dan alamiah atau sosial.
Sejatinya, setiap individu tentu memiliki beberapa pengalaman di pekerjaaanya dalam sebuah yang namanya kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang memiliki suatu rumusan yaitu sebuah organisasi yang sudah tidak asing lagi, yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kelompok-kelompok masyarakat bekerjasama di dalam suatu pemerintahan dan juga kelompok-kelompok penting lainnya yang lebih khusus lagi yang merupakan beberapa contoh dari organisasi, dimana masing-masing individu tersebut memiliki rasa atau hubungan dengan masyarakat mereka. Sekolah sebagai organisasi juga merupakan sarana kerja bagi guru, pegawai dan pengawas (Beach dan Reinhartz, 2000).
Sekolah sebagai organisasi atau sarana kerja tidak berdiri sendiri tanpa adanya masyarakat, ataupun organisasi-orgnisasi tersebut  yang sedang dikelola, semuanya adalah hasil dari kerja keras masyarakat itu sendiri (Stacey,1996), demikian dikemukakan  dalam Beach dan Reinhatz, 2000).
Hasilnya, mereka begitu bersemangat dalam mengubah suatu bentuk-bentuk sistem yang ada di organisasi tersebut dari input (masukan atau sumber) menjadi suatu output (pengeluaran atau produk). Contohnya, para siswa datang ke sekolah dengan bermacam-macam bakat dan pembawaan pada usia 12 tahun. Kemudian mereka diharapkan menjadi anggota masyarakat yang cerdas dan produktif.
Untuk menghasilkan itu semua tidak hanya usaha sekolah saja yang diandalkan namun juga dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan. Perlu dipertanyakan, bagaimanakah organisasi di sekolah tersebut dikatakan sebagai bagian dari masyarakat (kehidupan), alasannya bahwa masyarakat ini adalah suatu kelompok manusia yang berorganisasi. 
Manusia dilahirkan dalam organisasi dan banyak masyarakat yang hidup dalam  organisasi. Bahkan setiap individu menghabiska banyak waktu untuk bermain dan beribadah dalam organisasi. Banyak dari individu akan mati di dalam oraganisasi, dan juga ketika waktu datang menjemput setiap orang di masyarakatnya.
Organisasi terbesar ini haruslah memiliki unsur yang resmi. Oleh karena itu, sarana kerja sekolah tersebut harus dibentuk oleh masing-masing sistem masyarakat yang berbudaya dan lulusan-lulusan yang diinginkan setiap sekolah. Karena banyak ragam sekolah, termasuk jenjang dan bidangnya. Seperti lembaga-lembaga masyarakat lainnya, setiap sekolah bisa dipandang sebagai organisasi yang beraneka ragam dimana memiliki perbandingan dan juga perbedaan di dalam bentuk dan fungsinya.
Fakta ini bukanlah suatu yang mengherankan, bahwa struktur organisasi sekolah mencerminkan kelengkapan dari organisasi lain seperti apa yang mereka cari untuk menyelesaikan tujuan mereka dengan memperoleh suatu kesepakatan "bahwa suatu organisasi dan orang-orang yang ada di dalamnya harus saling berhubungan" (Stacey, 1996: 23).
Organisasi mungkin sudah menjadi istilah yang umum untuk didengar yang merupakan sarana bagi terwujudya tujuan ataupun sebuah fungsi dari organisasi tanpa pertimbangan dari sistem sosial masyarakat. Bagaimanapun jika di dalam suatu organisasi tersebut, kebijaksanaan dan pengawasan tidak diperhatikan secara hati-hati atau teliti, maka bisa jadi di dalam organisasi tersebut, kebijaksanaan dan pengawasan tidak diper hatikan secara hati-hati atau teliti, maka bisa jadi di dalam organisasi tersebut timbul sifat yang membatasi anggotanya dari pada memberi penjelasan tentang bagaimana proses kerjanya Akibatnya, dalam suatu keadaan lingkungan organisasi tidak lagi memperdulikan angota-anggotanya untuk mendukung mereka menunjukkan keahliannya masing-masing, ataupun menghasilkan suatu produk tanpa mempedulikan ataupun mengacuhkan orang-orang yang ada di dalamnya.
Karena syangnya, beberapa organisasi meupakan orang-orang yang memiliki keahlian,seperti organisasi yang membuat aturan-aturan dan metode-metode untuk mencapai hasil yang maksimal, namun pada akhirnya aturan-aturan tersebut membatasi serta menghalangi akan memiliki dampak yang negatif bagi anggota-anggotanya, dari pada mendukung dan
memberi semangat kepada mereka. Jika dilihat dari sisi buruk mereka bahwa organisasi yang menjadi wadah penindasan menempatkan mereka hanya memperhatikan tugas mereka saja, yang hanya menitik beratkan pada pengeluaran yang akan dihasilkan dan akhirnya mereka tidak memperdulikan kebutuhan-kebutuhanmasyarakat.

Organisasi Sekolah Sebagai Pelayanan jasa
Sekolah-sekolah  sebagai organisasi yang menyediakan sebuah pelayanan jasa pembinaan  sumberdaya manusia daripada produk yang dihasilkan harus secara terus menerus menggali dan memunculkan mutunya. Pada saat yang sama, para pendidik harus mampu menjaga terhadap pengembangan aturan-aturan dan metode-metode dalam pembelajaran, karena jika tidak maka yang mungkin muncul ke permukaan bisa menambah lemahnya suatu lingkungan pendidikan.
Sekolah memiliki beraneka macam bentuk-bentuk dan susunan-susunan,berdasarkan ukuran,sejarah alam dan fungsi-fungsinya. Sejak itu, para guru, kepala sekolah, pengawas bekerja hampa dalam organisasi sekolah. Hal ini akan membantu menganalisa berbagai bentuk struktur, kelakuan dan  fungsi-fungsi organisasi yang kemudian mengaplikasikan tujuan pendidikan sekolah 
Sekolah adalah organisasi formal yang menangani pembinaan sumberdaya manusia sejak dini. Karena itu, perlu mengubah kinerja organisasi sekolah menjadi lebih efektif. Menurut Simon (1997) organisasi ialah pola komunikasi dan hubungan kelompok manusia (membuat dan melaksanakan keputusan). Di dalamnya ada sistem peranan (role system). Menyediakan bagi anggota organaisasi informasi, tujuan dan sikap untuk membuat keputusan.
Di dalam organisasi terjadi interaksi antar individu dengan pola komunikasi tertentu untuk bekerajsama men¬jalankan kegiatan guna mencapai tujuan. Newwel (1978) berpendapat organisasi adalah penting sebab struktur dari hubungan secara mendalam mempengaruhi cara-cara dalani mana orang berinteraksi satu dengan lainnya. Perluasan kewe-nangan yang menjaditugas seseorang dalam hubungannya dengan perilaku yang lain dari berbagaiindividu dan kelompok yang disistematisasikan melalui pengaruh struktur termasuk reaksi berpikir dan emosi dari individu. Pentingnya struktur dalam organisasi dinyatakan dimana saja seseorang ditempatkan dalam kedudukan baru dan perilakunya berbeda berdasarkan dengan tuntutan peranan barunya. Bila seseorang yang telah menjadi guru menjadi kelapa sekolah, adalah tidak bisanya bagi sikap individu untuk berubah. Guru yang nampaknya bersahabat, mungkin sekarang menjadi menjauh atau seorang guru yang menjadi lawan mungkin menjadi lebih tinggi otoriternya.
Bagaimanapun, sekolah adalah organisasi merupakan sebuah lingkuungan yang bekerja secara profesional, dimana segala keputusan dibuat dan kepemimpinan diajarkan. Ketika para kepala sekolah, pengawas dan pendidik memiliki suatu bentuk keputusan terbaik dari banyaknya keputusan yang harus diputuskan dari sarana kerja yang ada dan ciri-ciri yang membantu membentuk mentapkan pekerjaan tersebut. Mereka bisa lebih efektif di posisinya masing-masing yang mana mereka melibatkan para guru dan anggota staf lainnya di dalam men-capai tujuan pendidikan.
Di dalam menggambarkan lingkungan organisasi sekolah, Sergiovanni (1992:167) mencoba menjelaskannya bahwa mungkin kebanyakan bentuk perbedaan yang kritis antara sekolah dan kebanyakan organisasi lainnya terletak pada kemampuan/kehebatan manusia yang memiliki bakat di dalam  pekerjaannya. Sekolah merupakan organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bisa menghasilkan produk atau pengeluaran, sedangkan proses kerjasama mereka adalah bersosialisasi dengan yang lainnya, (dan mereka) merupakan tenaga kerja yang intensif.
Sebagai suatu lapangan bagi tenaga kerja yang intensif di dalam setiap organisasi, sekolah mempercayakan kepada orang-orang terdidik dengan mengharapkan apa yang dikerjakannya  terutama tugas menyentuh pembinaan para siswa. 
Hal ini penting bagi para kepala sekolah, pengawas dan guru dalam pendidikan untuk mengidentifikasikan aspek-aspek yang bekerja di sekolah tersebut yang akan mengembangkan dan memperkuat segala macam tujuan atau maksud yang diinginkan untuk dicapai benar-benar dipahami bersama di setiap sekolah, Kritik ini bertujuan agar dalam kerjanya bila tanpa organisasi lersebut tidak mungkin bisa menghubungkan sikap dari para pendidik di dalam mencapai suatu tujuan organisasi sekolah, maka keelektifitasan organisasi tersebut akan melemah.
Penataan Sistem Sekolah
Untuk mencapai keefektifan tersebut, maka perlu adanya penataan sistem sekolah, kurikulum, guru, siswa, pegawai, pengawas, kepemimpinan, administrasi, visi, misi, tujuan. Semuanya komponen berinteraksi pada upaya mencapai tujuan. Untuk itu perlu dipelajari tentang teori, struktur dan sikap serta di dalam menganalisa bahwa sekolah-sekolah sebagai organsasi dengan wadah yang birokratis semacam ini digerakkan oleh manajemen dan kepemimpinan. Wacana ini memberika gambaran kepada para tenaga kependidikan tentang karakter-karakter dari organisasi, yaitu sebuah sejarah yang kembali mengulas tentang organisasi (teori organisasi), suatu diskursus tentang organisasi dari efektivitas suatu sekolah dan juga prinsip-prinsip keefektifan organisasi itu sendiri.
Apa sebenarnya karakteristik organisasi pendidikan. Paling tidak dapat dipertegas bahwa Kelima ciri-ciri organisasi sekolah tersebut menyarankan bahwa sebagai organisasi, sekolah memiliki sebuah "raison detre" yang artinya memiliki alasan untuk tetap berjalan dan hidup, itulah makna pendidikan bagi para siswa di dalam masyarakatnya. Lagipula, sekolah memiliki suatu bentuk ciri-ciri yang khusus seperti adanaya sebuah yayasan, pegawai dan juga para siswa yang mau bekerja-sama untu membangun sekolah tersebut yang memiliki bermacam-macam kegiatan seperti mengadakan rapat, membuat susunan berkala dan lain-lainnya. Jenis-jenis kedudukan dan tanggung jawab ini ditujukan sebagai sebuah bentuk di dalam sebuah eksistensi organisasi sekolah yang menggambarkai peran-peran dan tugas-tugas serta fungsi-fungsi yang berbeda bagi semua anggota organisasi. Adapun yang terakhir, ada suatu bentuk pencapain tujuan-tujuan yang sengaja dilakuka adanya oleh masing-masing sekolah untuk mengembangkan misi mereka secara objektif berdasarkan pengumpulan visi yang mengarahkan model pembelajaran siswa-siswa.
Bagaimanapun organsiasi memiliki batasan-batasan antara struktur-strukturnya (bagian atau bidang) dan atau kelompok-kelompok (seperti guru-guru, staf-staf). Hal lainnya yaitu bahwa organisasi memiliki suatu kesatuan yang kompleks dan jaringan-jaringan yang dapat menyeusaikan diri dari kumpulan orang-orang yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam melaksanakan tugas-tugas mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Demikian pula bahwa organisasi merupakan "sistem sosial yang terstuktur yang terdiri atas kelompok-kelompok dan individu-individu yang saling bekerjasama, di dalam suatu unit sosial untuk mencapai suatu tujuan yangumum.
Tegasnya organisasi sebgai suatu bentuk pekerjaan yang berbeda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dilaksanakan di dalam suatu wadah. Di sini juga dapat ditambahkan bahwa  organisasi adalah suatu bentuk sosialisasi, yang mencakup sekelompok orang dan di dalam organsasi tersbut diperlihatkan nilai-nilainya.
Dalam konteks ini, sekolah-sekolah disatukan dalam instruktur-struktur yang bersistem dan berkelompok, yang manamasing-masing kelompok tersebut terdirui dari individu-individu. Seperti halnya organsasi di sekolah, masing-masing individu dan kelompok yang masing-masing bisa bekerjasama dalam struktur yang beragam-ragam untuk melaksanakan pendiidikan sekolah.
Suatu organisasi adalah sebuah sistem yang merupakan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan-tujuannya" di dalam menghasilkan "suatu bentuk jati diri yang bisa dimanfaatkan dalam beberapa cara dengan sistem yang lain bagi sebuah organisasi pendidikan. Hal ini merupakan sebuah bentuk yang khusus dari "kecakapan latihan" pada masing-masing keahlian para siswa.Everard (2004:143) menjelaskan suatu bentuk kelompok individu, yang mereka terbangun dalam suatu kerjasama bagian-bagian atau tim dan kemudian tim ini memperoleh kerjasama secara efektif dalam mengejar tujuan dan sasaran organisasi dan ini pulalah sebagai inti dari organisasi manajemen".
Pengertian-pengertian lainnya, untuk memahami organisasi telah dituangkan pada gambaran dan pengertian di bawah ini:
1) Unit-unit sosial yang bertujuan mencapai tujuan-tujuan khusus.
2) Suatu bentuk tujuan atau model-model yang menjalankannfungsi-fungsi khusus atau mengadakan kerja sama dalamnmerubah nilai-nilai yang ada dan dalam dalam mencapai tujuan-tujuan.
3) Unit-uint sosial yang terus dibanun dan diperbaharui dengan tujuan dengan menemukan tujuan khusus dan juga memiliki karekteristik seperti: (a) adanya bagian dari kekuatan, tenaga kerja dan juga komunikasi, (b) satu atau lebih dari kekuatan yang ada tersebut secara lansung bertugas kearah tujuan organisasi yang didirikannya.
4) Organisasi merupakan suatu sistem bekerjasama".
5) Suatu kelompok dai orang untuk menyelesaikan tujuan-tujuan melalui pembagian-pembagian fungsi-fungsi dan tanggung jawab".
Walaupun definisi-definisi di atas berbeda dalam redaksinya, namun bisa dirangkum gambaran dari kesimpulan di atas, yang mana bahwa organisasi dikatakan sebagai suatu kelompok individu karena:
1) Di dalamnya ada suatu bentuk kerjasama yang terstruktur atau tersistem 2) Menelusuri pencapaian objek-objek atau tujuan-tujuan 3) Adanya perbedaan-pebaedaan tugas, fungsi dan tanggung jawab 4) Berpendirian pada prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan. Jika semua tema-tema ini kita jalankan, akan mudah memahami penggambaran dari organisasi. Bagi kita, sebuah organisasi terdiri dari banyak individu yang disatukan oleh nilai-nilai ataupun prinsip-prinsip yang mana saling bekerjasama di dalam suatu tubuh yang masing-masing memiliki peran dalam membat keptuusan sehingga bisa menyelesaikan tujuan dan objek yang telah direncanakan. Konsep dari suatu organissi sebagai suatu bentuk sarana bagaimanapun lebih dari sebuah susunan struktur tubuh manusia. Hal ini merupakan suatu bentuk contoh dari kebanyakan faktor-faktor yang membantu mencirikan atau mendefinisikan sebuah arti organisasi. Faktor-faktor ini yaitu faktor fisik, ekonomi, keorganisasian, budaya, psikologis, politik dan juga sosiologis. Masing-masing dati tujuh faktor-faktor itu memiliki keistimewaan yang khas yang bisa membantu mendirikan parameter dari sebuah wadah organisasi.
Pertama, faktor fisik yang menghubungkan antara kekuatan yang ada di organisasi tersebut yang diibaratkan seperti sebuah bangunan. Segi ekonomi yang mencakup gaji dan bentuk bentuk penghargaan yang diberikan sebagai suatu bentuk dorongan. Di dalam faktor-faktor organisasi ini, segala bentuk faktor-faktor tersebut merupakan persoalan penting bagi para guru dan para pengawas yang akan menjadi saluran dari tugas dan jadwalnya, bentuk dan jenis dari pengawasan itu, peng khususan dari pekerjaan itu, dan yang harus tetap berjalan di tengah-tengah masyarakat, para pendidik dan sekolah-sekolah, faktor-faktor budaya yang mencakup tradisi, nilai dan keper cayaan yang mendukung visi tersebut.
Faktor-faktor psikologi mencakup item-item seperti bentuk pengabdian ataupun tingkat kepedulian dari para anggota, tingkat-tingkat tekanannya dan juga kesempatan mereka untuk tumbuh dan belajar. Faktor-faktor politik mencakup kepemrintahan dan proses pembuat keputusan bagi anggota. Sedangkan faktor sosiologi mencakup karakter dari para siswa, para orang tua, masyarakat, para guru dan juga para pengawas.
Pandangan lain dikemukakan Everard (2004:156-157) yang menjelaskan mengenai elemen organisasi dalam konteks sekolah yang sedikitnya ada empat, yaitu:
1)Teknologi. Dalam hal ini teknologi dari suatu organisasi adalah proses dalam organisasi itu sendiri, dalam kasus sekolah adalah proses pendidikan dan peralatan (kelas, bengkel, lapangan olah raga, papan tulis, dll) yang berkaitan dengannya,
2)Struktur. Dalam suatu struktur organisasi adalah bentuk bagan dari pengurus, bagian-bagian, peranan, tingkatan atau hirarki, dan kewenangan, prosedur dalam pekerjaan staf dan jadwal kerja,
3)Orang. Dalam hal ini orang yang ada dalam sekolah adalah para guru sebagai orang-orang yang profesional dengan 
sejumlah pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sikap juga murid-murid dan staf yang bukansebagai pengajar,
4) Budaya. Dalam kaitan budaya ini adalah suatu karakter ( Budaya ) organisasi merupakan sistem nilai, standar yang dengan hal  itu dinilai, hubungan personal, kebiasaan dan aturan tertulis dan perbuatan serta penilaian atas praktik pendidikan".
Faktor-faktor di atas sebagai bentuk contoh dari faktor-faktor yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan, dan MAN 2 Model. Sekolah tersebut merupakan sekolah baru yang terdiri dari 800 siswa, dengan model kurikulum sefleksibel mungkin yang bisa diterima oleh siswanya dengan payung Kurikulum Tingkat Saman Pendidikan (KTSP) yang mulai diagungkan dalam tahun pelajaran 2007. Di sana ada dua bentuk organisasi yang masih aktif, dan juga terdiri dari satu keolompok yang merupakan perpaduan dari keduanya. Gaji yang diberikan di sana di atas anggaran rata-rata, karena ada insentif dari sekolah, namun ini masih sangat rendah jika dibandingkn dengan gaji tingkat nasional pada banyak negara.
Para guru terbatas dalam membuat keputusannya. Sebagai sekolah yang baru, staf pengajar dan para siswa memiliki bebe rapa tradisi dan dengan memajukan prestasi dan juga budaya baru yang ada untuk mencapai kehidupan yang terbaik dalam mencapai visi dan misi sebagai sekolah mayarakat bagi pelajar sekolah menengah unggulan di daerahnya. Staf pengajar harus menggerakkan dan melakukan yang terbaik atas tugas yang telah diemban di sekolah tersebut yang harus memiliki rasa tanggung jawab dan pengabdian.
Bagi para guru, mengajar merupakan suatu kegemaran dan mereka memandang bahwa pengawas dan anggota komite sekolah sebagai suatu proses kerjasama. Keterlibatan orang tua telah menjadi prioritas yang tinggi di mana para siswa menunjukkan banyak bentuk etnik dan juga tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Orang tua juga ikut mengambil bagian di dalam seluruh aspek yang ada dari program peningkatan mutu atau keunggulan sekolah, khusunya pada ekstra kurikuler di sekolah pada hari sabtu atau hari lain yang terjadwal. Hal yang merupakan hal yang bisa menumbuhkan kreativitas siswa dan juga mrnjadi  pelajaran tambahan mereka untuk meraih kunggulan dalam berbagai kompetisi. Karena sekolah ini merupakan sekolah unggulan yang mengambil suatu misi pendidikan model yang bisa mendorong terlaksananya segala tujuan-tujuan pendidikan.
Di sanalah sebuah sarana penyaluran kekuatan antara kepala sekolah, para pengawas, para guru, komite sekolah dan anggota-anggota  masyarakat sebagai warga sekolah. Sekolah juga berusaha untuk mendukung seuruh gurunya di dalam pengembangan profesionalisme, kurikulum dan program dengan memberikan dua kegiatan profesi, yaitu yang pertama adalah kegiatan yang berhubungan dengan tugas-tugas instruksional dan non-instruksional, sedangkan yang kedua adalah mengadakan pertemuan dengan kader dari sekolah untuk membicarakan tentang berita-berita dan masalah-masalah yang ada di sekolah. Skenario ini bisa membantu pihak sekolah untuk menggambarkan bagaimana berbagai keunggulan sekolah dapat ditampilkan dalam kompetisi sains dan kreativitas sekolah di pentas lokal, regional dan nasional menuju peluang luas di perguruan tinggi terkemuka setiap tahun.

Aplikasi Model Organisasi di Sekolah
Suatu model menggambarkan bentuk konseptual yang ditawarkan oleh berbagai pakar dan aliran dalam manajemen dan organisasi. Bagi Everard (2004:150), paling tidak ada tiga model organisasi yang berkembang, yaitu:
1.Model Klasik
Model ini menekankan beberapa karakteristik, seperti rasionalitas, spesialisasi kerja, sentralisasi, sistem perintah dan hirarki, komunikasi vertikal yang kuat, kontrol, prosedur yang kaku dan pendekatan otokratik.
2.Model Humanistik
Model humanistik adalah dicirikan dengan rasa hormat terhadap pribadi dan nilai manusia lainnya, pekerjaan ter bagi, konsultasi, konsensus, desentralisasi, prosedur yang fleksibel, komunikasi yang multidimensional, menerapkan manajemen berdasarkan sasaran, dan pendekatan partisipatif.
3.Model Sistem
Model sistem ini adalah lebih populer dalam dunia industri beberapa dekade lalu dan khususnya berguna untuk organisasi dalam mengadaptasi perubahan yang cepat. Meskipun secara konseptual akar model ini pengendalian rekayasa, setidaknya dapat menjadikan organisasi bertahan hidup dalam perubahan yang cepat.
Sebagaimana model-model di atas berikut coba dijelaskan dalam konteks pendidikan. Sesungguhnya manajemen ilmiah, atau teori kalasik organisasi sebagaimana telah diusung oleh Taylor (1917) yang menjelaskan bahwa struktur dan birokrasi di dalam sebuah organisasi merupakan cara yang terbaik yang bisa digunakan, karena sarana yang digunakan begitu efisien. Sebagai sebuah teori organiasi, manajemen ilmiah terdiri dan dua kelompok penting, yaitu: "motivasi", yang menjelaskan bagaimana seorang berpartisipasi dalam suatu wadah oraganisasi, dan yang kedua yaitu "keorganisasian", yang menjelaskan tentang teknik-teknik yang membagi-bagikan tugas-tugas khusus dalam tingkat-tingkat yang ada diorganisasi tersebut ( Owens, 1970:46).
Pandangan Taylor tentang motivasi merupakan cara yang paling ekonomis. Ia percaya bahwa orang-orang yang ada di dalam organisasi akan bekerja sepenuhnya, karena merekaa
membutuhkan uang sebagai dasar kebutuhan psikologinya, Karena itu, segala bentuk pengelauaran harus digunakan seper¬lunya saja di dalam cara kerja masing-msing orang. Struktur diri organisasi menekankan pada pembagian kerja, ketika
segala pekerjaan diorganisasikan ke dalam tugas-tugas yang bersek ala kecil, dan masing-masing tenaga kerja mengambil peran yang diminatinya. Di dalam struktur tubuh organisasi, kekuatan pusat dan pengawasan yang dekat merupakan sifat dasar untuk memperhatikan segala kegiatan dan fungsinya. Karakteristik dari organisasi menggunakan teori klasik yang mencakup keahlian, kontrol, hirarki dan pembagian tenaga kerja. Seperti pandangan-pandangan organisasi yang terdiri dari apa yang biasanya disebut dengan organisasi formal, dimana orang-rang mengadakan kerjasama di dalamnya (Owens,1995) Model yang ditawarkan Taylor mendorong sekolah-sekolah untuk menggunakan organisasi dalam menekankan iketerampilan dan organisasi fungsional pada masing-masing tanggung jawabnya. Karena dimensi mengajar dari sekolah menggunakan sistem gaji sesuai dengan jam masuknya (honor) atau sesuai denga jadwal yang dimasuki oleh para pengajar, aspek-aspek yang tersusun (lebih cenderung dari pada aspek mnotivasi) dari teori klasik lebih jelas sistem kerjanya di suatu sekolah sampai sekarang. Seperti satu titik tujuan yang jelas, kehalian-keahlian yang khusus, fungsi, tanggung jawab dan juga komunikasi yang digunakan. Sekolah tentunya meng gunakan syarat-syarat dari teori klasik. Di dalam sekolah, tanggapan tentang masalah-masalah organisasi dan juga strukturnya dapat dilihat didalam satu titik fokus yang terletak pada tanggung jawab yang diberikan. Selain itu, ada suatu bentuk penekanan dari cara kerja organisasi dengan bentuk penghormatan yang menggalang rasa kemanusiaan. Maksudnya adalah bukan disebabkan oleh orang-orang yang didalamnya, namun yang menjadi permasalahan adalah apa nantinya yang akan diperoleh seseorang dari organisasi tersebut.
Sebagai suatu bentuk sekolah yang mengikuti sebuah aturan dengan mengandalkan kerjasama, struktur, pusat yang menjadi alat dasar untuk membawa perubahan dari sekolah tersebut. Sistem kerjasama diatas mengikuti prinsip-prinsip dari manajemen ilmiah yang dianjurkan oleh Taylor dan kemudian prinsip-prinsip birokrasi yang dikemukakan oleh Webe (1947). Model khas di atas bagi organisasi sekolah merupakan suatu bentuk struktur birokrasi yang mencakup, yaitu: (1) adanya pembagian kerja dengan sistem hirarki yang mengadopsi kebijaksanaan yang ada serta keperluan mereka, (2) Interaksi antara personal dan imprsonal yang ada, (3) karir yang sudah berj alan lama tanpa adanya sistem, (4) suatu sistem kerj a yang bercirikan ketangkasan, kemantapan dan kerapian".
Demikian juga dalam organisasi ternyata orang-orang mengembangkan berbagai idenya dalam menyusun prinsip prinsip yang menekankan pada manajemen ilmiah dan birokrasi. Ia membentuk piramida, dengan model hirearki dan menggabungkan semua konsep-konsep seperti keahlian hubungan antara bawahan dengan atasan, pemusatan dan gaji yang merupakan bagian dari sarana kerja tersebut.
Sekarang ini dengan otonomi daerah banyak sekolah di daerah serta bagian daerah lainnya memiliki beberapa bentuk struktur organisasi birokrasi yang menunjukkan garis langsung dengan menghubungkan petunjuk garis tidak langsung kepada Dinas Pendidikan.
Di masa depan mungkin struktur organisasi sekolah lambatlaun akan mengubah dan melakukan kerjasamauntuk mencapai kestrukturan  kerjasama tersebut, dengan pencarian dana serta penemuan  sikap. Townsend (1984), didalam bukunya yang berjudul "Fur-ther up the organisation" sebagaimana dikemukakan olehBeach dan Reinhartz (2000) telah menaikkan beberapa persoalan-persoalan yang logis tentang pandangan keorganisasian ini, ketika ia telah menyarankan cara-cara untuk menghalangi kemanajamenan dari orang-orang yang mencekik dan menahan keproduktivitasan. Menurut Townsend, inilah saatnya untuk mengubah struktur dan sikap keorganisasian orang-orang  yang ada didalamnya bisa bekerja bersama-sama ketika diberi kesempatan, dan ia juga menganjurkan bahwa organisasi-organisasi dimulai dengan mengembangkan ide-ide, memegang peran masing-masing, menghargai para anggota yang bekerja dan bahkan memberikan setiap individu suatu penghargaan dengan mengatakan "terima kasih" dan dengan meratakan setiap kedudukan tanpa melihat jabatan mereka".
Bagaimanapun setiap struktur organisasi perlu memberikan kesempatan terbesar yang sedang berada pada pimpinan puncak organisasi kependidikan, kepala Dinas Pendidikan, Kepala Cabang Dinas, Kepala Sekolah dan para pengawas telah membutuhkan banyak anggota dan partisipasi mereka dalam membuat keputusan yang menghubungkan kualitas kerjanya. Dengan menggunakan lingkungan organisasi yang tinggi, sekolah dapat menciptakan suatu iklim organisasi yang menghasilkan perkembangan mutu guru dan juga para siswa.
Pandangan kedua dari organisasi di sini telah diwujudkan pada tahun 1930-an dalam menanggapi teori klasik (manajemen ilmiah). Model kedua ini telah menekankan aspek-aspek hubungan kemanusiaan melalui cara kerjanya dan pada bentuk penelusuran kemanusiaan. Para manajer dan pimpinan organisasi yang telah mengakui bahwa manajemen ilmiah tidak cukup menjelaskan hubungan-hubungan yang kompleks yang terjadi di dalam wadah organisasi. Seperti yang telah diteliti oleh Sergiovani, et al (1992:42) bahwa dikemukakan Beach dan Reinhartz (2000) di dalam sebuah sistem birokrasi, yang menyatakan bahwa "seorang individu itu membutuhkan keadaan-keadaan yang mendukung mereka bekerja seperti motivasi, moral serta nilai-nilai seperti kebebasan dan kekuasaan''.
Ketika pandangan manajemen ilmiah menekankan struktur dan birokrasi (organisasi formal), model hubungan manusia yang lebih diperhatikan di dalam faktor-faktor kemanusiaan (yaitu motivasi dan moral) dan juga hubungan interpersonal (komunikasi). Di dalam pandangan fungsi-fungsi dan organisasi, pembangunan kembali dari interaksi sosial, kesatuan serta sistem-sistem yang diciptakan untuk meningkatkan proses kerja agar mempermudah langkah pengambilan kepu tusan, memperbaiki komunikasi dan menyediakan fasilitas dan segenap sumber-sumber yang ada.
Bagaimanapun suatu bentuk interaksi dalam suatu bentuk interaksi dalam organisasi formal dengan organisasi nonformal yang mempengaruhi anggota-anggotanya.Kemudian model ketiga adalah model sistem. Pandangan ketiga dari organisasi menggunakan pendekatan tingkah laku dan proses organisasi sebagai suatu sistem yang kompleks dengan situasi formal dan informal. Pandangan ini menguji cara-cara organisasi beroperasi dalam interaksi sosial atau sistem-sistem sekolah. Proses pendekatan perilaku organisasi juga membantu menganalisis faktor-faktor yang memiliki dampak pada tingkah laku individu di sekolah. Paling tidak ada dua dimensi yang dihubungkan dengan tingkah laku organisasi, yang pertama adalah personal dan lainnya adalah kelembagaan. Struktur formal mengidentifikasikan posisi organisasi, peranan dan gambaran kerja. Orang yang menduduki peranan atau pelaku dinyatakan untuk suatu pengharapan dan memperkuat tingkah laku organisasi, orang yang menentukan kegiatan mereka berdasarkan peranan mereka didalam organisasi dan menetapkan penampilan/cara berukir tetap terhadap personal.
Pandangan perilaku organisasi juga menunjukkan struktur informal. Orang yang menduduki peranan struktur formal berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berkomunikasi, perencanaan, pembuatan keputusan dan latihan-latihan, Karena beberapa tingkah dimensi manusia mewarisi interaksi sosial, berinteraksi sosial dan bersahabat dengan organisasi, Kelompok informal didasarkan pada karakteristik umur, jenis kelamin, keinginan, status dan orientasi kerja. Bukti dari penelitian menunjukkan bahwa struktur informal adalah penting sebagai fungsi tetap organiasi dan kelompok dasar yang memiliki kekuatan sebagaimana dikemukaka Owens, (1970) dalam Beach dan Reinhartz (2000).
Melalui konteks sekolah, pendekatan tingkah laku pada proses organisasi menunjukkan bahwa individu memiliki peranan sebagai guru, berdasarkan pada status pekerjaan dan gambaran kerja serta fungsi sebagai orang yang bekerja dengan yang lainnya, kesatuan berdasarkan karakteristik yang sama atau pengalaman kerja umum sebagai interaksi prinsip organisasi informal ini, yang kemudian Owens, (1970) menyatakan: bahwa guru dari tingkat yang sama atau dari departemen yang sama termasuk kelompok yang sama yang saling bekerjasama". Hal tersebut hampir tidak mungkin untuk memikirkan organisasi sekolah yang bukan merupakan kelompok atau anggota sosial dari kepuasan psikologinya.
Sebagai sebuah model menunjukkan bahwa kepala sekolah, pengawasan dan guru-guru di sekolah harus mengenal perilaku mereka sebagai manajer dan pimpinan tidak hanya mempengaruhi sekolah dan kebutuhannya serta karakteristik para staf, tetapi oleh juga budaya dan kekuasaan. Salah satu potensi yang menggunakan proses pendekatan tingkah laku adalah kesempatan untuk berkembangnya organisasi. Dalam menggunakan prespektif ini, manajemen dan pengawasan bekerja dengan para pengajar dan staf untuk perbaikan peranan berdasarkan kunci tujuan organisasi (seperti strategi pengem bangan dan program untuk mengurangi risiko di dalam kebutuhan-kebutuhan). Kemudian manajemen pendidikan, termasuk kepemimpinan menawarkan prinsip-prinsip tingkah laku melalui hukum, imbalan dan kekuasaan antara individu dan kelompok dalam perencanaan dan usaha mencapai hasil atau kinerja yang diinginkan.
Sebuah pekerjaan menimbulkan pengaruh terhadap perilaku organisasi yang disatukan dengan kekuatan, wewenang dan kepercayaan. Perilaku ini merupakan usul-usul mereka dalam Kerangka kerja hubungan kerjasama menunjukkan bahwa perasaan para pengajar, kebutuhan dan motivasi adalah faktor penting untuk menyalurkan hubungan kerjasama yang lebih efektif dengan sekolah, fakultas dan para siswa. Banyak organisasi yang menciptakan pengawasan terhadap kerja anggota yang meliputi pengawasan terhadap anggota-anggota dari segala aspek dan memberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Dalam "teori motivasi perseorangan" menunjukkan bahwa ada pandangan dari alam manusia. Pertama, kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan, keselamatan, dan kebutuhan dasar lainya. Kedua, alam manusia yang memiliki sebuah dorongan yang memaksa yang menjadi kesuksesan dalam menjangkau  potensi melalui pertumbuhan psikologi yang terus menerus. Pandangan ini menunjukkan beberapa organisasi dapat memimpin dalam kondisi apapun, faktor-faktor itu dapat mempengaruhi ketidakpuasan bekerja yang disebut "faktor-faktor perseorangan" yang meliputi gaji, kondisi kerja dan keamanan serta pengakuan tanggung jawab dan kesempatan-kesempatan  untukpekembangan".
Potensi kerja atau teori motivasi perseorangan menunjukkan kepada pengawas bahwa para pengajar menginginkan kebutuhan-kebutuhan yang terbaik seperti gaji, keamanan dalam bekerja dan memelihara lingkungan kerja yang tertib untuk mendapat kepuasan dari kerja mereka, para pengajar juga  menunjukkan penampilan dalam bekerja dan mengeluh ketika bekerja, dengan kata lain para pengajar yang menerima kepuasan personal didukung oleh aktivitas kerja mereka serat keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dan beberapa kesempatan untuk tanggung jawab dan pertumbuhan perkem-bangan keterampilan.
Prinsip-prinsip yang menunjukkan bubungan manusiawi menyebabkan kepala sekolah dan pengawas lebih demokratis ketika menggabungkan para pengajar. Sergiovanni, et.al (1992) dalam Beach dan Reinhartz (2000) menyatakan bahwa sekolah merupakan tempat para pengajar dalam menjalankan tugasnya untuk memperoleh tujuan sekolah sehingga men dapatkan kepuasan, kemudian para pengajar membatasi bersama kelompok kerja dan kelompok kerja ini merupakan karakteristi k dalam menjalankan tujuan sekolah sehingga saling mengun tangkan satu sama lain. Karena itu para pengajar diberikan kesempatan dalam timnya untuk tujuan umum dan tanggung jawab.
Dalam suatu sekolah, kepala sekolah dan pengawas harus mampu mendekatkan diri dengan para pengajar, hubungan berdasarkan kebenaran yang menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis. Dalam pandangan hubungan manusia, kepala sekolah dan pengawas secara sadar memperhatikan perasaan para pengajar dan mendukung mereka untuk meningkatkan keterampilan diri mereka.
Seperti organisasi lainnya, sekolah secara tetap mem butuhkan kepemimpinan, pembuatan keputusan, perubahan pelaksanaan dan memakai strategi untuk menyelesaikan berbagai tekanan atau masalah-masalah oleh lingkungan sosial dan politik yang kurang puas terhadap kinerja sekolah. Mengapai sekolah kurang efektif? masih mungkinkan kepemimpinan menggerakkan kinerja sekolah yang lebih memuaskan banyak pihak?
Pandangan utama sekolah sebagai tempat kerja struktur organisasi, birokrasi, fungsi dan proses kerjasama; menambahkan pemahaman tentang struktur, fungsi dan perilaku organisasi. Pandangan  ini menunjukkan operasi organisasi, pengetahuan tentang bagaimana organisasi itu disusun dan dijalankan oleh kepala sekolah dan pengawas berdasrkan atas pemahaman secara kritikal dari lingkungan kerjamereka dan bagaimana sekolah menjalankan tugas jangka panjang dan jangka pendek.
Hanya ada beberapa perbedaan sistem-sistem atau daerah sekolah. Ada beberapa cara untuk mengatur tujuan pendidikan sekolah, informasi ini sangat penting bagi kepala sekolah dan pengawas. Mereka dapat meningkatkan keefektifan mereka melalui pandangan utama struktur organisasi dan faktor-faktor beda yang menjalankan satu sama lain. Dalam hal ini, prilaku kepala sekolah dan pengawas serta para guru di sekolah menjalankan petunjuk umum dari ilmu manajemen yang akan membedakan antara lingkungan sekolah dengan lingkungan kampus melalui model pengaruh organisasi. Mengetahui per-'bedaan antara model organisasi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi susunan, fungsi, dan perilaku individu dengan pandangan lain yang dapat menentukan keefektifan seorang kepala sekolah, pengawas,para pengajar dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

Prinsip Organisasi Efektif di Sekolah
Karakteristik organisasi yang efektif mengikuti prinsip-prinsip berdasarkan kumpulan organisasi-organisasi. Mengacu kepada apa yang dikemukakan Beach dan Reinhatz (2000), ada sepuluh prinsip dalam mengupayakan dan memahami organisasi sekolah, yaitu:
1) Sekolah, sebagai organisasi mensukseskan masyarakat secara efektif, tujuan mereka harus tepat dengan nilai-nilai budaya masyarakat yang beranggotakan siswa-siswa, orang tua dan penduduk.
2)Merawat atau memelihara organisasi dengan menaikkan derajat secara terbuka, responsive, sikap kerjasama dan keterampilan pendidik.
3)Mendukung anggota dalam mengmbil risiko sehingga dapat mengembangkan potensi dan kreativitas mereka di dalam organisasi.
4)Kesuksesan, sebuah organisasi harus mampu menyediakan sumber-sumber dan bakat anggota untuk mengetahui struktur organisasi, sebuah pemahaman dari masing-masing anggota dengan terstruktur dan merupakan sebuah pemahaman dari metode kerja yang menjadi pembimbing organisasi.
5)Organisasi-organisasi pendidikan merupakan tempat yanc dinamis, dan mengubah kejadian di dalamnya untuk meng ubah suatu keadaan.
6)Moral sebuah organisasi pendidikan dapat ditingkatkan melalui interaksi yang baik antara para anggota-anggota kelompok dan ketika para anggota-anggota bisa mema haminya, merasa dibutuhkan, memecahkan masalah secara bersama-sama, tujuan (misi), objektif (tidak berat sebelah),
7)Keefektifan organisasi pendidikan memiliki anggota yang berjalan sesuai koridor dan dapat mencapai tujuan yang akan di tuju, dan diperiksa secara periodik/pada waktu-waktu tertentu tentang perilaku mereka yang berhubungan dengan misi dan tujuan utama.
8)Organisasi-organisasi sekolah yang efektif menolong ang gotanya dengan memberikan dorongan kepadanya, meng angkatnya, memberikan hadiah kepada pelajar yang perilaku nya baik dan memiliki prestasi yang baik.
 9)Organisasi pendidikan yang efektif memiliki struktur keorganisasian baik yang formal dan informal yang memiliki rasa pertanggungjawaban yang tinggi, 10) Organisasi pendidikan yang baik adalah prosedurnya harus jelas dan strategis secara regular dan frekuensi analisis secara menyeluruh demi keefektifan organisasi dan menilai kepatuhan antara para peserta.
Penelitian ini ditunjukkan oleh kasus-kasus pekerjaan yang menguji karakteristik-karakteristik keorganisasiandan kekuatan-kekuatan kerja yang didapati sangat efektif atau penampilan sekolah yang tinggi (wohlstetter dan Smyer, 1994) dikemukakan Beach dan Reinhatz (2000. Asumsi-asumsi itu memberikan definisi kepada penelitian tentang limakeper-cayaan utama sekolah efektif, yaitu: (1) keefektifan berdasarkan pada ukuran keberhasilan pelajar dalam belajar (ilmu penge-tahuan, keterampilan dan sikap) (2) cara belajar siswa adalah pusat fokus pengajaran, (3) sikap-sikap dan tingkah laku para guru dan staf merupakan kunci komponen keefektifan sekolah, (4) sekoIah-sekolah menerima respon pendidikan para pelajar dan memberikan kepercayaan bahwa semua pelajar sanggup untuk belajar dan, (5) sekolah sebagai sebuah organisasi harus teruji dengan baik, kalau tidak akan terjadi bagian terisolasi seperti orang yang mengerjakan sesuatu tanpa adanya keahlian ( Owens, 1997). Asumsi itu merupakan sebuah kerangka untuk melakukan pengujian terhadap variasi belajar dan data yang dianjurkan di bagian berikutnya.
Pada tahun 1970-andan 1980-an, Edmonds (1979,1982) mengidentifikasikan lima faktor yang mencirikan keefektifan sekolah. Kelima faktor-faktor tersebut termasuk, yaitu: (1) guru guru yang memiliki keahlian yang tinggi bagi para siswanya, (2) adanya sistem yang mengontrol dan mengukur kemam puan siswa, (3) tujuan-tujuan sekolah yang menekankan pada aturan akademik, (4) suatu lingkungan sekolah yang ramah, dan sportif di dalam belajar dan mengajar, (5) perintah pemimpi 11 yang memberikan suatu bentuk kerjasama.
Pada tahun 1980-an Purkey dan Smith (1981/1982,1985) mengenalkan empat proses perubahan dan sembilan karakter yang bernilai untuk mencapai sekolah yang efektif, di antaranya (l)membangun rasa kebersamaan di sekolah, (2) menciptakan suasana yang kondusif, (3) pentingnya kolaborasi rencana, dan (4) mengembangkan tujuan umum dengan harapan yang tinggi dengan menghormati apa yang mereka lakukan, jadi sekolah tersebut tidak vakum di dalam menjalankan fungsinya dan proses perubahan menunjukkan akan pentingnya arti sebuah organisasi sekolah yang meliputi fakultas, staf dan anggota sebagai pembuat keputusan dan pada akhirnya kepu tusan tersebut dapat dijadikan program pendidikan bagi para pelajar. Sekolah-sekolah yang efektif bukanlah sekolah yang tidak stabil. Di sana merupakan tempat dimana semua unsur merupakan seluruh aspek tingkatan yang ada dimulai dan mangan kelas perorangan, berlanjut ke tingkat kampus dan kembali bersama ke tingkat daerah.
Selanjurnya ada sembilan struktur dari organisasi sekolah yang efektif di perkenalakan oleh Purkey dan Smith (1981, 1982,1985) dapat membantu tentang pemahaman mengapai ada sekolah-sekolah yang bisa sukses. Kesembilan ciri-ciri tersebut mencakup: (1) manajemen dasar kampus dan membuai keputusan, (2) pihak sekolah harus memberikan tekanan yang
berarti dan kesuksesan tentang sekolah, (3) memiliki banyak waktu untuk mengenalkan tentang hari-hari sekolah, (4) pihak staf sekolah mengembangkan apa sebenarnya dasar yang dibutuhkan oleh para guru, (5) mensejajarkan kurikulum, organisasi, artikulasi, (6) pengajaran kepemimpinan yang kuat ditunjukkan  oleh kepala sekolah atau guru-guru dan administratornya (7) dorongan dari orang tua dan yang berkenaan di sekolah (8) kemantapan para staf, (9) dorongan yang menun-jukkan  yang spesifik yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kefektifan organisasi sekolah.
Hill, Foster dan Gendler (1990) dikemukakan Beach dan Reinhartz (2000) juga menambahkan misi dan kekuatan organisasi ke dalam daftar karakteristik (organisasi tersebut), Dengan misinya, mereka menganjurkan para pelajar agar para pelajar dengan pengalaman-pengalaman mereka yang mem-fokuskan kepada hasil atau nilai yang diperoleh. Kekuatan organisasi sekolah ditunjukkan oleh perbuatan calon anggota untuk menyempurnakan misi mereka. Bryk, Lee, dan Smith ( 1993) menemukan bahwasanya sifat dasar mempengaruhi keefektifan sekolah. Sekolah merupakan pengajar dan staf menciptakan tenaga pengajar yang positif/baik dan interaksi para siswa yang menyediakan pelajaran pengalama kepada para pelajar yang ditunjukkan seperti sifat dasar yang berpengaruh dan menciptakan hasil yang baik. Kenyataannya Bryk, Lee dan Smith (1993) memberikan argumen yang luas, birokratis dan komprehensif dari sekolah-sekolah yang merupakan bentuk yang impersonal dan memiliki garis batas yang efektif.
Baru-baru ini, Zegarrelly (1996:106) dalam Beach dan Reinhatzmeninjau kembali bahwa bukan hanya menurut pengalaman Edmonds dan Purkey serta Smith namun juga menurut pengalaman dari Block (1983), Downer (1991), serta Coyle dan Witcher (1992) yang mengenali tentang variabel dan konsttruksi dekolah yang efektif yang telah disebutkan. Zegarelly menemukan enam variabel yang merupakan hasil penelitiannya. Keenam variabel tersebut adalah: (1) kualitas para guru, (2)partisipasi dan keikutsertaan para guru, (3) prinsip kepemimpinan dan kaitannya, (4) budaya tua yang tinggi, (5) dorongan dan kerjasama dari administrasi sekolah daerah, (6) keterlibatan orang tua. Hasil analisis Zegarely dari keenam variabel di atas menunjukkan para siswa, orang tua dan pengawas sekolah merupakan kekuatan yang sangat mempengaruhi prestasi siswa.
Wohlster dan Smyer (1994) telah menguji empat per bedaan model-model organisasi yang telah ditunjukkan untuk meningkatkan mutu sekolah yang tinggi. Model-model tersebut mendukung dalam penyusunan ulang layaknya jalan untuk memperbaiki prestasi akademi siswa. Hal yang pertama adalah keberhasilan sekolah, mencari untuk mengimplementasikan karakteristik yang dikenalkanoleh Edmond dan kawan-kawan seperti yang telah dijelaskan di atas. Program perkembangan siswa. Keberhasilan tercipta dengan sebuah sekolah dasar yang dituntut untuk memperbaiki mutu akademik yang diutarakan oleh Levin (1987) yang merupakan rancangan untuk mening katkan kualitas sekolah yang buruk. Partisipasi siswa dalam sebuah tantangan kurikulum berlandaskan pada daya dan usaha dari pada siswa dan guru. Model sekolah yang esensial ditergetkan terhadap risiko dan minat pelajar yang minim. Sizer (1982) menyatakan bahwa sekolah hanis fokus kepada keintelektualan, tujuan, prestasi yang baik, tujuan umum, siswa aktif belajar, pertunjukkan siswa, sikap dan sopan santun, staf umum dan dorongan finansial.Sebagai pemimpin organisasi sekolah, maka kepala sekolah dan pengawas dapat mengguanakan karakteristik dan model di atas dalam bekerja dengan yang lain untuk men-sosialisasikan. Membentuk tradisi sekolah, menggunakan bahasa untuk meningkatkan kualitas dan keberhasilan. Dalam melihat, mengawasi pergantian proses. Kepala sekolah, dan pengawas merupakan pelaku, aktor dan juga sebagai fasilitator bagi orang yang membutuhkan dan dengan menggunakan bahasa yang mereka pakai. Pengaruh mereka sangat kuat sekali, namun mereka juga memiliki pengaruh di antara keduanya diibaratkan sebagai pahlawan dan dengan partisipasi mereka dalam keberhasilan sekolah. Hal yang lebih penting di sinilah terdapat pengaruh timbal balik, seperti kepala sekolah dengan guru, dan pengawas dengan guru yang meng-atur kehidupan sekolah. Mereka juga berhak mengganti proses pergantian seperti sebelumnya mereka menyikapi secara mendalam keprofesionalan guru dan proses pembelajaran yang diharapkan dalam organisasi sekolah.
Kepala sekolah, pengawas dan guru akan memperhatikan sekolah dengan baik, tidak hanya berada di sana, dan bekerja untuk menciptakan sebuah visi dan apa yang akan dilakukan, Karena bagaimanapun, organisasi sekolah merupakan komponen-komponen fundamental masyarakat. Mereka merupakan bagian dari kehidupan kita dan begitu juga dengan sekolah saling membagi banyak karakter dengan organisasi.
Kjian ini telah menggambarkan aspek-aspek kebudayaan berorganisasi dan segala aturannya telah membentuk sikap itu sendiri baik visi dan misi yang dijalankan di sekolah tersebut. Budaya sekolah menjadi kekuatan yang besar karena hal ini mengingatkan kejadian yang lalu dan siap untuk merencanakan masa depan. Hal ini terlihat kompak bahwa di dalam suatu wilayah organisasi bersama. Wacana ini juga menghadirkan sepuluh prinsip yang mensintesis penelusuran tentang organisasi organisasi yang efektif. Seluruh karakter ini dihadirkan sebagai suatu bentuk pninjauan yang memberikan suatu konteks bagi para pengawas. Wacana ini juga menekankan pada seluruh komponen yang membantu menjelaskan tentang bagaimana sekolah-sekolah yang efektif tersebut melakukan pekerjaannya dengan menyaring informasi tentang organisasi secara umum dan tentang sekolah-sekolah sebagai organisasi yang lebih khusus lagi, para pengawas akan memiliki pandangan terbesar di dalam memasuki lingkungan sarana kerja sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Guru Sosial Media