TELAH DIBUKA UJIAN KEJAR PAKET A, B DAN C SELURUH INDONESIA, RESMI. INFORMASINYA DI SINI
Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Video Pembelajaran

Home » , » Perlunya Komunikasi Di Sekolah

Perlunya Komunikasi Di Sekolah


Persepsi dan komunikasi ini amat erat dan penting sekali diketahui guna memahami ilmu prilaku. Komunikasi terjadi jika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, dan komunikasi tersebut dapat berjalan baik dan tepat jika penyampaian informasi tadi menyampaikannya dengan patut, dan penerima informasi menerimanya tidak dalam bentuk pemutarbalikan suatu fakta.
Pendekatan yang digunakan Ilmu Komunikasi menyangkut berbagai bidang keilmuan seperti : Linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik dan ekonomi, sehingga kajiannya sangat luas dan kompleks meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik. Hal ini menyebabkan pendekatan dan wawasan komunikasi dapat berbeda baik dalam merumuskan definisi, maupun kajian emperiknya. Pada akhirnya perbedaan ini telah melahirkan realitas fraksi-fraksi, paradigma dan perspektif dalam kajian komunikasi.[1]
1
 
Persepsi ini pada hakikatnya adalah proses kognitif  yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataannya.
Setiap orang tak bisa menghindari komunikasi.  Apapun yang kita lakukan, kita katakan, baik secara verbal atau non verbal akan dianggap sebagai pesan oleh orang lain. Orang lain selalu mencermati gerak-gerik kita, kata-kata kita, arah pikiran, dan menganggapnya sebagai simbol kondisi, sebagai representasi dari apa yang dipikirkan. Karena jelas kecuali memiliki ilmu telepati, kita tak akan tahu secara persis apa yang orang lain pikirkan. Yang bisa kita lakukan adalah mengamati apa yang orang lain lakukan, agar kita memperoleh sedikit gambaran, apa yang sedang orang lain pikirkan. Dengan mempelajari komunikasi, dapat melakukan prediksi itu secara lebih terorganisasi dan terstruktur. Kita juga bisa merekayasa pesan kita, sehingga mampu menampilkan diri di mata orang lain, sesuai dengan kehendak.
Oleh sebab itu komunikasi dalam organisasi disetiap lembaga diawali dengan proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya di dalam organisasi tersebut, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi. Komunikasi dalam lembaga pendidikan yang di kelola dengan sistem pondok pesantren yang di dalamnya terdapat beberapa anak dari berbagai daerah dan suku berumpul menjadi satu, mulai dari dalam kota, luar kota maupun luar pulau, dan mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu, baik ilmu Agama (non formal) maupun Ilmu pengetahuan umum (formal).
Karena santri (siswa) yang berdomisili di Pondok Pesantren Darul Arafah ini berasal dari berbagai suku dan latar belakang yang berbeda untuk itulah maka diperlukan sebuah komunikasi yang efektif agar mencapai  suatu tujuan baik dari sang pengasuh, pengurus dan santri. Juga komunikasi antara santri dengan santri. Dan di sinilah peran komunikasi organisasi sangat berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari, baik antara pengasuh dan santri, pengasuh dan pengurus, pengurus dan santri juga antara santri dan santri.
Seperti yang biasa kita ketahui bahwa kehidupan di dalam pondok pesantren kebanyakan baik dalam sikap maupun perilaku adalah sebisa mungkin selalu sesuai dengan Al-Quran dan Hadis. Di pondok pesantren Darul Arafah ini juga seharusnya tidak jauh dengan keadaan yang demikian. Adanya komunikasi personal antara pengasuh, pengurus dan santri, bagaimana sikap santri terhadap pengasuh dan keluarga pesantren, sikap santri terhadap para pengurus atau ustadz/ ustadzah secara tradisi santri memang harus bersikap hormat dan tunduk terhadap guru.
Hal ini menunjukkan bahwa tutur kata dan perilaku para santri memang diatur sedemikian rupa. Antara santri dan pengasuh terdapat sekat atau batasan dalam hal bertutur kata, perilaku, cara duduk dan berjalan dan lain sebagainya. Apabila tidak ada sikap hormat kepada guru maka boleh jadi ilmu yang sudah diperoleh dari guru tersebut tidak akan manfaat.


[1]  Fauziah Dangoran,  Memahami Teori Komunikasi:  Dalam Syukur Kholil, (Ed), Teori Komunikasi Massa, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2011), h. 3.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Guru Sosial Media