TELAH DIBUKA UJIAN KEJAR PAKET A, B DAN C SELURUH INDONESIA, RESMI. INFORMASINYA DI SINI
Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Video Pembelajaran

Home » , , » KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH

KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran, di antaranya adalah:

1. Berpusat pada Siswa
Siswa dipandang sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah yang dimiliki, sebagai makhluk individu dengan segala potensi yang dimiliki, dan sebagai makhluk sosial yang hidup dalam konteks realitas yang majemuk. Karena itu, setiap siswa pada dasrnya berbeda, baik dalam hal minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan mendengar dan membaca, siswa lain dengan melihat, dan yang lain dengan cara bergerak. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa. Kegiatan pembelajaran perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar dan mendorong siswa untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal.
Setiap anak pada dasarnya mempunyai cara belajar sendiri yang berbeda dengan anak lain. Karena itu, kegiatan pembelajaran perlu mempertimbangkan karakter belajar ini. Secara umum, cara belajar anak dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yakni cara belajar somatic, auditif, visual, dan intelektual
Cara belajar somatik adalah pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau melakukan. Anak akan cepat belajar jika sambil mempraktekkan. Cara belajar auditif adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran. Anak akan cepat belajar jika materi disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar. Cara belajar visual adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan. Anak akan cepat menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar. Akhirnya, cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika. Anak akan cepat menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencari solusi pemecahan.
Di sisi lain, menurut penelitian mutakhir, setiap anak pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan yang dapat dioptimalkan melalui kegiatan pembelajaran. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural. Untuk itu, proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki siswa tersebut berkembang dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran fiqh, cara belajar dan kecerdasan majemuk tersebut dapat dikembangkan. Misalnya, dalam materi thaharah, anak diminta untuk mempraktekkan cara berwudlu (somatik dan kecerdasan kinestetis-jasmani), menjelaskan cara berwudlu di depan kelas (kecerdasan linguistik), menujukkan jumlah gerakan dalam berwudlu (intelektual dan kecerdasan logis-matematis), menggambar urut-urutan gerakan wudlu (visual dan kecerdasan spasial), mendiskusikan rukun wudlu (kecerdasan interpersonal), menuliskan pengalaman atau perasaan pribadi ketika sedang berwudlu (kecerdasan intrapersonal), dan menunjukkan jenis alat yang digunakan dalam thaharah (kecerdasan natural). Dalam prakteknya, tidak semua materi pelajaran harus memenuhi tuntutan mengembangkan semua jenis kecerdasan dan cara belajar tersebut.

2.Belajar dengan Melakukan
Melakukan aktifitas adalah bentuk penyataan diri anak. Pada hakikatnya anak belajar sambil melakukan aktifitas. Karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri. Dengan demikian, apa yang diperoleh siswa tidak akan mudah dilupakan. Pengetahuan tersebut akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran siswa karena ia belajar secara aktif. Siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya.
Dalam pembelajaran fiqh, mengajarkan materi sholat dengan praktek lebih efektif dan berkesan bagi siswa ketimbang dengan mengharuskan siswa untuk menghafal kaifiyah sholat. Demikian pula dalam pembelajaran manasik haji, tatacara pembagian harta warisan, pengurusan jenazah, kompetensi dasarnya akan dapat tercapai secara efektif apabila ditempuh dengan siswa melakukannya (mempraktekan).

3.Mengembangkan Kemampuan Sosial
Sebagaimana bagian sebelumnya, kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan siswa membangun hubungan dengan pihak lain. Karena itu, kegiatan belajar harus dikondisikan yang membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain seperti antar siswa, antara siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan pemahaman ini, guru dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang membuat siswa terlibat dengan orang lain, misalnya diskusi, pro-kontra, sosiodrama, dan sebagainya.
Dengan kegiatan pembelajaran secara berkelompok, antar siswa akan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga muncul semangat saling mengisi dan menghargai satu sama lain. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu dikondisikan sebagai media sosialisasi, menghargai perbedaan pendapat, dan bekerjasama.

4.Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah bertuhan. Dua yang pertama merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. sedang yang ketiga untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan pemahaman seperti ini, kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan rasa ingin tahu dan imajinasi siswa serta diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia siswa. Bagi siswa tingkat MI tentu berbeda dengan tingkat MTs atau MA

5.Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Tolok ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditumbuhkan jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahannya. Guru hendaknya mendorong siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berupaya memecahkannya sesuai dengan kemampuan siswa. Jika prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas, maka pintu ke arah pembelajaran aktif siswa mulai terbuka. Untuk itu, sikap terbuka dan cepat tanggap terhadap gejala sosial, budaya, dan lingkungan perlu dipupuk ke arah yang positif.
Dalam pembelajaran kontemporer, kegiatan belajar yang mengharuskan siswa menghafal sebanyak-banyaknya tentang kasus dan cara pemecahannya dianggap tidak relevan lagi, sebab siswa tidak aktif mencari atau mengaitkan materi dengan konteks permasalahan di sekitarnya, namun hanya menghafalkan kasus yang belum tentu dijumpai di masyarakat. Dengan demikian, guru harus lebih banyak mengajak siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan permasalahan riil di sekitarnya. Dengan cara seperti itu diharapkan setiap siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah di sekitarnya dengan menggunakan prosedur ilmiah.

6.Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.

7.Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Siswa perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dari multi media setidaknya dalam penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan siswa berhubungan langsung dengan teknologi, misalnya membuat laporan tentang materi tertentu dari televisi, radio, atau bahkan internet.

8.Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
Siswa perlu memperoleh wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga negara yang produktif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu memberikan wawasan nilai-nilai sosial yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan negara yang bertanggung jawab. Dengan demikian menimbulkan kesadaran siswa akan kemajemukkan bangsa, akibat keragaman latar geografis, budaya, sosial, adat istiadat, agama, sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemudian kegiatan pembelajaran hendaknya mampu menggugah kesadaran siswa akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Dalam pembelajaran Fiqih, khususnya di Madrasah Aliyah, prinsip ini dapat ditempuh guru misalnya dengan membuat banyak contoh yang terkait dengan budaya atau konteks Indonesia. Atau mungkin dengan memunculkan bahasan secara khusus yang terkait dengan tema tersebut, misalnya bahasan tentang kewajiban mematuhi undang-undang negara

9.Belajar sepanjang hayat
Dalam Islam, menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap orang mulai dari ayunan hingga liang lahad. Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk ketahanan fisik dan mentalnya. Kegiatan pembelajaran perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali dirinya sendiri, baik berupa kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Demikian juga, kegiatan pembelajaran perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar yang meliputi rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar sekolah.

10.Perpaduan Kompetisi, Kerjasama, dan Solidaritas
Siswa perlu belajar berkompetisi secara sehat, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetisi secara sehat, bekerjasama dan solidaritas.


1 komentar:

  1. berikan data yang betul kalo tidak ada ya ngomong tidak ada....

    BalasHapus

Komunitas Blog Guru Sosial Media